Senin, 14 Januari 2013

Atasi Bangkrut Dengan Rukyah



Sebut saja Munif, seorang dosen sekaligus bisnismen yang memiliki beberapa perusahaan dalam bidang konveksi. Tidak diketahui secara pasti penyebabnya, akhir-akhir ini wajahnya terlihat murung dan lebih tua dari biasanya. Ketika ditanya terkait masalah yang menimpanya dengan tertunduk dia menjawab,”ini urusan pribadi.” Suaranya lirih, hampir tidak terdengar. Ia seakan tak ingin masalahnya diketahui orang lain.
Namun, sekeras apapun usaha menutupi bangkai, baunya pasti akan tercium pula. Sebagaimana cerita orang terdekatnya, bahwa ada sesuatu yang menyebabkan Munif depresi. Peristiwa dan kejadian pahit berulang kali menimpanya. Tepatnya, setelah ayah Munif meninggal dunia dan mewariskan sebagian besar perusahaan kepadanya. Namun, sebagian besar perusahaan yang dikelolanya malah bangkrut. Akibatnya, Munif terlilit hutang dan menderita kerugian.
.Setiap kali Munif memulai usaha, kegagalan selalu menyertainya. ”Saya harus bangkit,” gumam Munif dalam hati. Ia lalu menemui Surya, kakak yang paling ia percayai. ”Kak aku mau minta tolong, berikan sedikit modal untuk usaha,” pintanya kepada Surya. ”Ini ada 50 juta, tolong digunakan sebaik-baiknya” kata Surya menyarankan.
Sebagai pengusaha yang pernah mengalami kegagalan, seharusnya Munif bisa sukses. Sayang, usahanya gagal lagi. ”Aku heran mengapa ini bisa terjadi padaku,” gumamnya dalam hati. ”Nif usahamu udah maju?” tanya Surya pada suatu hari. Dengan perasaan berkecamuk serta putus asa, Munif menjawab, ”maaf kak, modalnya habis, aku tidak mengerti kenapa usaha yang aku rintis selalu gagal.” Surya termenung sebentar.”Firasat kakak ada yang tidak beres Nif” ujarnya. ”Coba akan kakak selidiki” imbuhnya.
Apa yang dikhawatirkan Surya ternyata tidak meleset. Secara tidak sengaja, Surya mendengar obrolan saudara-saudaranya yang lain. ”Itu loh si Munif, emang pantas dia menerima itu semua,”ujar salah satu saudaranya. ”Lagian bapak itu waktu hidupnya terlalu sayang sama dia, masa semua perusahaan dikasih gitu ja, ya udah aku kerjain aja sekalian,” tambahnya. Dari obrolan tesebut, Surya mengetahui bahwa adiknya dijahili karena rasa iri saudara yang lain.
”Nif ada indikasi yang tidak baik dari saudara-saudaramu yang lain, kalau bisa secepatnya kamu meminta maaf kepada mereka,” pinta Surya. ”Aku nggak habis fikir, kenapa mereka begitu tega,” katanya heran. Tanpa fikir panjang Munif meminta maaf kepada saudara-saudaranya yang lain. ”Lho, kamu kenapa minta maaf, kamu nggak punya salah kok,” ujar saudaranya mengelak.
”Kenapa mereka jadi begitu?” gumamnya. Akhirnya Surya menyarankan Munif untuk menemui seorang Spritualis di Semarang yaitu Ustadz Massar. Setelah panjang lebar menceritakan permasalahan yang dihadapi, akhirnya Ustadz Massar memeriksa Munif. ”Bapak memang terkena guna-guna,” ungkapnya. Ternyata apa yang dikatakan Surya tidak meleset. Munif memutuskan untuk dirukyah seketika itu pula. ”Bapak harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan jangan lupa melaksanakan shalat lima waktu dan melaksanakan amalan yang telah saya berikan,” nasihat sang ustadz. Setalah itu, Munif  mohon diri.
Dengan penuh keyakinan, Munif bergegas pulang.  Esoknya, ia  memulai kerja sebagaimana biasa. Dengan bermodalkan pinjaman dari Surya, Munif bekerja keras. Selama setengah tahun, Munif merintis usahanya kembali. Perubahan signifikan mulai terjadi. Kesuksesan mulai nampak di depan mata. ”Alhamdulillah, usaha saya mulai lancar,” tuturnya dengan raut muka berseri. Akhirnya, Munif mulai menyadari pentingnya iman dan takwa dalam menjalankan bisnis dan usaha. Terlebih dalam menghadapi era global yang penuh persaingan. Tidak menutup kemungkinan muncul rasa iri, dengki, dan hasud dari para pesaing.

Selasa, 08 Januari 2013

Akibat Hubungan Terlarang


 
             Wajah Sri jelas terlihat pucat pasi. Saat digandeng seorang sahabat setianya,  Halimah, Sri terlihat sangat tersiksa. Beban berat tersirat jelas pada raut mukanya yang putih. Bekas muntahan masih membekas di pakaian seragam sekolahnya. “Kamu kenapa Sri?” tegur pengurus asrama. ”Ah, tidak apa-apa mbak” sergahnya.
            Akhir-akhir ini Sri memang terlihat aneh di mata sahabat-sahabatnya. Setiap malam Minggu, Sri tidak pernah hadir untuk mengikuti perkumpulan mingguan di asrama. Ketika ditanya kemana, dengan enteng dia menjawab, ”biasa, bantu temen di konter,” jawabnya tanpa merasa bersalah. Disamping sering bolos pada kegiatan rutin, Sri selalu terlihat murung dan tak punya semangat. Pernah suatu hari, sahabat-sahabatnya menemukan dia tergeletak pingsan di kamar mandi.
Baim adalah teman sekolah sekaligus pacar Sri. Baim yang selama ini selalu bersama Sri sering mendapat tudingan miring dari sahabat-sahabat Sri. ”Kamu jangan berbuat macam-macam sama Sri ya!” ancam Halimah pada Baim. Ancaman Halimah bukan tanpa alasan. Pasalnya, selama ini Sri hanya keluar apabila di ajak oleh Baim. Sahabat-sahabat Sri sepakat bahwa penyebab sakitnya Sri adalah Baim.
            Suatu hari, asrama dibuat gempar dengan hilangnya Sri dari asrama selama seminggu. Kecurigaan Halimah memuncak hingga akhirnya memutuskan untuk mencari Sri. Dengan mengumpulkan berita dari beberapa sumber, Halimah dapat menemukan tempat Sri dan Baim tinggal. Alangkah terkejutnya ketika Halimah melihat Sri tergeletak di sebuah ranjang reyot. Di sampingnya, Baim sedang termenung.
            ”Kamu kenapa Sri? Ada apa sesungguhnya sehingga kamu begini?” tanya Halimah sambil menangis. ”Sudahlah Mah, mungkin ini sudah menjadi nasibku” jawab Sri lirih. Saat didekati, pandangan Sri kosong dan tidak berkata apa-apa lagi. Akhrinya Halimah mengajak Baim ke luar untuk berbicara masalah kesehatan Sri. Dari mulut Baim keluarlah sebuah pengakuan yang selama ini di luar perkiraan sahabat-sahabatnya termasuk Halimah.
            ”Ketika kami mengawali pacaran, sebenarnya Sri sudah merasa ragu. Selama ini orang tuanya melarang dia pacaran. Selain itu, dia telah dijodohkan dengan bapak-bapak yang tentu tidak disukainya. Akhirnya dia merasa tertekan dan selalu termenung.”
”Lalu kenapa dia bisa ikut denganmu?” Tanya Halimah. ”Karena aku harus bertanggung jawab, suatu ketika aku menemukan Sri sedang melamun dan tiba-tiba berteriak histeris. Sejak itulah Sri selalu kerasukan roh yang mengaku Dila,” tutur Baim. Dengan mimik wajah sedih, Baim melanjutkan ceritanya, ”Sri merasa akan merepotkan kalian jika tinggal di Asrama, kalau sedang kerasukan dia akan merusak apa saja.”
Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata tempat yang ditinggali Sri dan Baim sangat tidak layak. Selain kost tersebut penuh dengan sampah dan beberapa kamar kosong tanpa penghuni, hawa mistis pun sangat kental terasa. Tiba-tiba Sri berteriak histeris,” keluar kamu! Aku tidak membutuhkanmu lagi.” Namun, masih dengan suara yang sama, Sri menjawab sendiri,”tapi aku sayang kamu Sri”. Perkataan tersebut sangat membingungkan Halimah. Dia hanya bisa menangis ketika Sri menjambak rambutnya sendiri. Dengan sekuat tenaga Baim menghentikan Sri, tetapi usahanya sia-sia.
            Melihat kejadian itu, Halimah sadar bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa pikir panjang, Halimah langsung menghubungi saudaranya agar mengantarkan dirinya ke ustadz ahli rukyah. Saudaranya memberikan petunjuk agar mendatangi seorang ahli rukyah asal semarang. Tanpa menunggu, Halimah mendatangi ustadz yang dimaksud. ”Ustadz, saya mau minta tolong, teman saya kerasukan roh jahat,” tutur Halimah tergesa-gesa. Dengan sigap, sang ustadz langsung meluncur ke TKP.
Hanya dengan meminumkan air yang telah dirukyah, Sri tersadar dan merasa lebih lega. ”Terima kasih ustadz,” ungkap Sri. Ustadz Massar juga memberikan nasehat kepada Sri,”agar permasalahan ini selesai, saya harap Sri tidak mencari masalah dengan melakukan hubungan yang dilarang agama, karena itu akan menjauhkan diri dari Allah SWT.”
 ”Yakinlah bahwa apa yang menjadi ketentuan-Nya, itu pasti yang terbaik buat Sri” imbuh Ustadz Massar. Akhirnya Sri sadar bahwa diri manusia akan rapuh jika tidak memiliki keimanan yang kuat kepada Allah SWT.