Senin, 10 Desember 2012

AKHIR PAHIT SANG KORUPTOR




 
            Sebut saja Danu, salah seorang pimpinan perusahaan di bawah naungan BUMN, dengan berbagai kesibukan Danu terlihat ikhlas menjalaninya. Berhubung perusahaan masih kecil, Danu selalu berkonsentrasi penuh untuk memajukan perusahaan tersebut. Padahal, gaji Danu sebagai PNS sangat minim. Tidak ada waktu bagi Danu untuk memikirkan usaha lain. Perusahaan yang dipimpinnya memiliki sepuluh orang pegawai dengan kantor sebesar rumah sederhana sedang dalam keadaan krisis.
            “Pak gimana sih, masa utang udah 50 juta kita masih mau minjam lagi, mau bayar pake apa pak?”omel istri Danu di rumah.”Ibu yang sabar ya, sekarang perusahaan bapak masih belum maju,” tutur Danu.”Sabar-sabar! Emang dengan sabar dapat bayar uang kuliah si Neha, kalau bapak sudah gak mampu biayain si Neha, Agus dan juga Karim, kita minta bantuan orang tua kita aja,” ancam sang istri.
Setelah percekcokan tersebut, Danu sering terlihat murung. Meskipun sebelumnya sering terjadi percekcokan serupa. Dalam lamunannya, Danu dikagetkan dengan datangnya sebuah proyek besar yang diagendakan pemerintah. Merasa tidak tahan dengan keadaan, tersirat niat jahat dalam diri Danu untuk mengambil keuntungan lebih dari proyek tersebut.
”Pak, kita mendapatkan suntikan dana sebesar seratus juta dari pusat untuk perbaikan gedung dan modal tambahan,”salah satu pegawai melapor.”Oke saya tangani langsung,”ujar Danu. ”Lho biasanya diserahkan ke bagian kabag rumah tangga pak?”. tanyanya lagi. ”Khusus untuk ini saya yang menangani,” balas Danu dengan serius.
Seiring dimulainya perbaikan gedung, dimulai pula korupsi Danu. Dengan cara memanipulasi data, danu menyelipkan angka beberapa juta. Dibantu kerja sama dengan bagian tender perampokan terselubung tersebut semakin tidak terlihat mata. ”Sebentar lagi bangunan ini akan beres, kita sudah merampungkan setengahnya,” kata Danu kepada para pengurus.
Sudah sepuluh juta Danu mengorup anggaran tersebut, tetapi pengurus yang lain tidak merasakan. ”Cuma dapat sepuluh, mana mungkin dapat membayar hutang-hutangku,”gumamnya dalam hati. Merasa tidak diketahui teman-temannya, Danu semakin berani untuk mengorup kembali uang tersebut. ”Aku harus mencari jalan lain,”ujarnya lirih.
Tak lama kemudian, kantor tempatnya bekerja dikejutkan dengan hilangnnya uang bendahara di dalam berkas. ”Ini pasti ada orang dalam, tolong yang merasa mencuri agar mengakui secepatnya, sebelum yang berwajib bertindak,”ancam Danu kepada pengurus kantor. Padahal, sesungguhnya Danu sendiri yang melakukan perbuatan bejat tersebut.
Merasa tidak ada yang melakukan, para pengurus akhirnya berkesimpulan bahwa hal tersebut disebabkan oleh tuyul yang nakal. ”Kalau begini, kita harus memanggil ahlinya,”sepakat para pengurus. Akhirnya, dipanggil seorang ustadz ahli rukyah dari Semarang. Dengan seksama, sang ustadz segera melakukan rukyah tempat untuk memastikan benar tidaknya ada makhluk halus yang berbuat jahil.
Selang beberapa menit, sang ustadz memberitahu hasil rukyah. ”Saya tidak menemukan indikasi bahwa disini ada tuyul atau sebagainya, saya yakin pelaku masih ada di antara kita,” tutur sang ustadz. Akhirnya mereka bersepakat untuk dicek oleh sang ustadz demi menemukan pelaku sebenarnya. Tiba giliran Danu. Meskipun awalnya menolak, akan tetapi apalah daya, Danu merasa tidak enak dengan kawan-kawannya. Dengan menggunakan metode khusus, sang ustadz meyakini Danu sebagai pelaku.”Apa buktinya kalau aku yang melakukan? Tanpa bukti konkret kalian tidak bisa melakukan apa-apa,”sanggahnya.
Tuhan Maha Adil. Tanpa disangka, ada sidak mendadak dari BPK yang mengindikasi tidakan korupsi di perusahaan Danu. Setelah yang berwajib dihubungi dan diadakan penyelidikan dan penyidikan, Danu akhirnya menjadi terdakwa dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. ”Aku menyesal,”gumamnya dalam hati. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan Danu semakin mendalam ketika Danu teringat istri dan anak-anaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar