Sebut saja Danu, salah seorang pimpinan perusahaan di bawah naungan BUMN,
dengan berbagai kesibukan Danu terlihat ikhlas menjalaninya. Berhubung perusahaan masih kecil, Danu selalu berkonsentrasi penuh untuk
memajukan perusahaan tersebut. Padahal, gaji Danu sebagai PNS sangat minim.
Tidak ada waktu bagi Danu untuk memikirkan usaha lain. Perusahaan yang
dipimpinnya memiliki sepuluh orang pegawai dengan kantor sebesar rumah
sederhana sedang dalam keadaan krisis.
“Pak gimana sih, masa utang udah 50 juta kita masih mau minjam lagi, mau bayar
pake apa pak?”omel istri Danu di rumah.”Ibu yang sabar ya, sekarang perusahaan
bapak masih belum maju,” tutur Danu.”Sabar-sabar! Emang dengan sabar dapat
bayar uang kuliah si Neha, kalau bapak sudah gak mampu biayain si Neha, Agus
dan juga Karim, kita minta bantuan orang tua kita aja,” ancam sang istri.
Setelah
percekcokan tersebut, Danu sering terlihat murung. Meskipun sebelumnya sering terjadi
percekcokan serupa. Dalam lamunannya, Danu dikagetkan dengan datangnya sebuah
proyek besar yang diagendakan pemerintah. Merasa tidak tahan dengan keadaan,
tersirat niat jahat dalam diri Danu untuk mengambil keuntungan lebih dari
proyek tersebut.
”Pak, kita
mendapatkan suntikan dana sebesar seratus juta dari pusat untuk perbaikan
gedung dan modal tambahan,”salah satu pegawai melapor.”Oke saya tangani
langsung,”ujar Danu. ”Lho biasanya diserahkan ke bagian kabag rumah tangga
pak?”. tanyanya lagi. ”Khusus untuk ini saya yang menangani,” balas Danu dengan
serius.
Seiring
dimulainya perbaikan gedung, dimulai pula korupsi Danu. Dengan cara
memanipulasi data, danu menyelipkan angka beberapa juta. Dibantu kerja sama
dengan bagian tender perampokan terselubung tersebut semakin tidak terlihat
mata. ”Sebentar lagi bangunan ini akan beres, kita sudah merampungkan
setengahnya,” kata Danu kepada para pengurus.
Sudah sepuluh
juta Danu mengorup anggaran tersebut, tetapi pengurus yang lain tidak
merasakan. ”Cuma dapat sepuluh, mana mungkin dapat membayar
hutang-hutangku,”gumamnya dalam hati. Merasa tidak diketahui teman-temannya,
Danu semakin berani untuk mengorup kembali uang tersebut. ”Aku harus mencari
jalan lain,”ujarnya lirih.
Tak lama
kemudian, kantor tempatnya bekerja dikejutkan dengan hilangnnya uang bendahara
di dalam berkas. ”Ini pasti ada orang dalam, tolong yang merasa mencuri agar
mengakui secepatnya, sebelum yang berwajib bertindak,”ancam Danu kepada
pengurus kantor. Padahal, sesungguhnya Danu sendiri yang melakukan perbuatan
bejat tersebut.
Merasa tidak
ada yang melakukan, para pengurus akhirnya berkesimpulan bahwa hal tersebut
disebabkan oleh tuyul yang nakal. ”Kalau begini, kita harus memanggil
ahlinya,”sepakat para pengurus. Akhirnya, dipanggil seorang ustadz ahli rukyah
dari Semarang. Dengan seksama, sang ustadz segera melakukan rukyah tempat untuk
memastikan benar tidaknya ada makhluk halus yang berbuat jahil.
Selang beberapa
menit, sang ustadz memberitahu hasil rukyah. ”Saya tidak menemukan indikasi
bahwa disini ada tuyul atau sebagainya, saya yakin pelaku masih ada di antara
kita,” tutur sang ustadz. Akhirnya mereka bersepakat untuk dicek oleh sang
ustadz demi menemukan pelaku sebenarnya. Tiba giliran Danu. Meskipun awalnya
menolak, akan tetapi apalah daya, Danu merasa tidak enak dengan kawan-kawannya.
Dengan menggunakan metode khusus, sang ustadz meyakini Danu sebagai pelaku.”Apa
buktinya kalau aku yang melakukan? Tanpa bukti konkret kalian tidak bisa
melakukan apa-apa,”sanggahnya.
Tuhan Maha
Adil. Tanpa disangka, ada sidak mendadak dari BPK yang mengindikasi tidakan
korupsi di perusahaan Danu. Setelah yang berwajib dihubungi dan diadakan
penyelidikan dan penyidikan, Danu akhirnya menjadi terdakwa dan harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya. ”Aku menyesal,”gumamnya dalam hati. Namun
apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan Danu semakin mendalam ketika
Danu teringat istri dan anak-anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar