Saya seorang wali murid di salah satu lembaga pendidikan formal
plus dengan sistem asrama. Pada saat putra saya masih kelas
2 SMA dirinya mendapatkan pengalaman yang cukup tragis, yaitu dituduh mencuri dan menganiaya oleh teman-temannya. Secara otomatis, dirinya menjadi korban dari
keberingasan teman-temannya dan mendapat sanksi dari pengurus asrama.
Dengan
berat hati dan menahan
rasa malu akhirnya saya membawanya
pulang. Selama
dirumah, dia selalu murung dan tidak bergairah. Hampir setiap detik dia meyakinkan saya bahwa dirinya tidak bersalah. Mendengar aduannya yang tak kunjung berhenti, saya merasa curiga dan berniat menghubungi pengurus untuk meminta
klarifikasi. Tanpa disangka, tepat sebelum saya menghubungi mereka, pihak yayasan telah lebih dulu menghubungi
saya untuk meminta maaf dan mengklarifikasi permasalahan anak saya. Mereka mengharapkan agar putra saya mau kembali
ke asrama untuk meneruskan pendidikannya.
Ibarat nasi
telah menjadi bubur, trauma yang dirasakan putra saya
ternyata sangat dalam. Jangankan untuk kembali ke lembaga, sekedar belajar saja
sudah tidak mau. Bermacam cara telah saya gunakan agar
putra saya mau meneruskan studinya,termasuk ke seorang
psikiater tetapi semuanya sia-sia.
Sampai akhirnya saya
mendapatkan saran dari kerabat untuk membawa putra saya ketempat praktek Ustadz Massar di
Semarang. Singkat cerita, akhirnya
diputuskanlah untuk meruqyah putra saya beberapa saat setelah saya berkonsultasi. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit putra saya mau dibujuk untuk
kembali ke lembaga pendidikan. Bahkan kini teman-teman yang dulu menyakitinya telah menjadi sahabatnya.
Terimakasih banyak Pak Ustadz.
Derbi, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar