Semua orang sangat prihatin dengan keadaan
Khoirul Anam. Mereka tidak mengira dengan kesehariannya yang sholeh, ternyata
Anam harus menemui ajal dalam keadaan yang mengenaskan. Setelah ditelusuri
lebih dalam, ternyata Anam seorang penganut pesugihan.
“Sudah lama aku berdoa
kenapa tidak terkabul “rintih Anam dalam hati. Selama ini Anam merasa hidupnya selalu
berpegang teguh kepada agama. ”Apa yang harus aku lakukan, harta tidak punya,
pasanganpun tidak ada, hidup ini terasa hampa ”Ungkap Anam kepada temannya.
”Memang itu manusiawi Nam,
kalau ingin dapat uang dan pasangan ya usaha dong” tutur temannya. ”rizki itu
tidak mungkin turun dari langit” tambahnya. Selama ini Anam memang mengandalkan
kesadaran untuk bertaubat kepada Allah daripada menimba ilmu agama. Akibatnya Anam
kesulitan untuk sekedar mencari nafkah dari mengajar ilmu agama.
Dalam keraguanya Anam
mencoba untuk mengadu nasib ke Jakarta. Tanpa terasa pergaulan di Jakarta
menggoyahkan keimanannya. Suasana jalanan yang penuh maksiat lambat laun
mengikis keyakinannya akan agama. ”yang penting aku harus cepat kaya dan
menikah, aku tidak ingin disebut perjaka tua” tuturnya dalam hati.
”Kalau kamu mau, pergi
saja ke gunung Lawu, pasti kamu akan menemukan apa yang kamu inginkan” saran
temannya. Tanpa ragu akhirnya Anam pergi ke gunung Lawu. Dengan keyakinannya
yang telah melenceng, Anam bertekad untuk menemukan seorang guru yang dapat
memberinya harta secara cepat.
Al hasil Anam menemukan
guru ketika ia nekad bertapa di bawah pohon besar. ”Apa yang kamu inginkan
Anam?”. Anam mendengar suara tanpa rupa. Dengan mantap Anam menjawab”Aku ingin
kaya” tegasnya. Dengan menggelegar suara-suara tanpa rupa mengajukan persyaratan.
Setelah kepulangannya dari
Lawu, Anam menjadi pribadi yang berbeda. Dia akan melakukan segala cara untuk memuluskan
rencananya. ”Nam aku butuh darah” suara tanpa rupa selalu berngiang di
telinganya. Tanpa sadar Anam membunuh temannya sendiri yang sedang tidur. ”Nam
aku butuh Wanita” bisik ghaib lagi. Akhirnya masih dalam keadaan tidak sadar
Anam memperkosa wanita yang masih kerabatnya.
Bangun dari kesadarannya,
wanita yang telah diperkosa meminta pertanggung jawaban. Merasa terpojok dan
kalap, akhirnya Anam membunuh perempuan tersebut. Karena menjadi buronan, Anam
malah menjadi lebih sadis dan tertutup. ”Yang penting aku harus selamat”
gumamnya dalam hati.
Prediksi yang diharapkan
tidak kunjung datang. Sampai saat ini, ternyata tidak ada sepeserpun harta yang
didapatkan secara ghaib.”Pengorbananmu belum tuntas, teruslah lakukan apa yang
aku perintahkan” gumam bisikan ghaib. Entah mengapa meskipun sudah tersesat
dalam lubang kemusyrikan Anam tidak ada keinginan untuk bertaubat.
Akhirnya dalam pengejaran
yang berwajib, Anam bersembunyi di kampung halamannya Purwodadi. Masyarakat
setempat masih menganggapnya orang yang shaleh seperti dulu. Bedanya sekarang
Anam tidak pernah keluar rumah. Masyarakat setempat meyakini bahwa dia sedang
melaksanakan ibadah.
Sampai suatu hari ada ahli
rukyah yang berasal dari Plamongan bersama pihak yang berwajib masuk kedalam rumah
Anam, yang ternyata menemukan Anam sudah tiada.