Dengan tubuh yang tinggal
tulang belulang, Ria masih terlihat tegar. Balutan busana muslim yang dikenakan
tidak bisa mengelabui bahwa tubuhnya sudah tua renta. Meskipun sudah berumur 70
tahun, kesumringahannya masih tetap terlihat dari wajah bersih karena selalu
terkena air wudlu.
Sebagai guru ngaji yang
mempunyai majlis ta’lim, Ustadzah Ria sangat dihormati. Santrinya mencapai ratusan.
Dengan ketaatannya terhadap agama, tidak seorangpun mengira bahwa ustadzah Ria
mempunyai masa lalu yang Suram.
Bermula dari perceraian
kedua orang tua, Ria diasuh oleh sang ibu. Karena keterbatasan ekonomi Ria
harus berpindah-pindah. Sampai suatu ketika sang Ibu mempunyai pacar seorang
pengusaha dan tinggal dirumahnya. ”Ria tolong jaga sikap kamu terhadap pacar
ibu” sang Ibu kuatir, selama ini calon bapak Ria selalu melihatnya dengan
tatapan nafsu.
”Ria kamu sudah makan?,
ayo ikut dengan om” bujuk sang pengusaha. ”Belum om”jawabnya dengan polos.
Tanpa sadar Ria telah terjerumus bujuk rayu sang pengusaha. ”Ria cobalah minum
ini, enak lho”.Dengan sedikit memaksa lelaki tersebut menyodorkan minuman yang telah
dicampur obat penenang itu ke mulut Ria. Seteleh kesadaran Ria mulai hilang
karena mabuk dimanfaatkan pengusaha tersebut untuk memperkosanya.
Ketika menceritakan
kejadiannya kepada sang Ibu, bukan pembelaan yang didapatkannya melainkan umpatan dan Riapun diusir dari rumah.”Pergi kamu! Dasar anak tak
tahu diri”, umpat sang ibu. Dengan membawa kepedihan Ria meninggalkan rumah.
”Saya harus tinggal dimana” ratap Ria. Dalam keterpurukanya Ria diajak seorang
lelaki yang ternyata mucikari.
”Kamu boleh tinggal ditempat
saya, dengan syarat kamu harus membayar setoran” ancam mucikari. Tidak ada jalan
keluar untuk memenuhi kebutuhan hidup, akhirnya Ria merelakan diri menjadi
seorang pelacur. ”Ya Allah sesungguhnya hamba ingin keluar dari lingkaran
syetan ini, tapi apalah daya hamba sudah telanjur berdosa” rintihnya.
Taubat Nasuha
Suatu ketika Ria
mendapatkan pelanggan yang aneh. Setiap kali akan melakukan perbuatan zina,
pelanggan tersebut gelisah dan seluruh badannya gemetar. kemudian akhirnya
meninggalkan Ria dengan sejumlah uang tanpa menyentuh Ria sedikitpun. ”Siapakah
gerangan laki-laki tersebut” gumam Ria.
Karena penasaran akhirnya
Ria mengikuti jejak sang pelanggan aneh. betapa terkejutnya Ria, ternyata
langkahnya berhenti di sebuah mushola kecil.”Kenapa Mas melakukan hal yang
tidak terpuji sekaligus tercela?” tanpa ragu Ria bertanya. ”Kebaikan yang
dianggap benar menurut manusia belum tentu baik menurut Allah, begitupun sebaliknya”
jawabnya singkat.
Ria menggunakan kesempatan
ini untuk menanyakan tentang dirinya yang bergelimang dosa. ”Rahmat Allah lebih
besar dari dosa yang dilakukan oleh umat manusia sedunia sekalipun”. Jawab
pelanggan dengan singkat. ”seseorang tidak akan menjadi suci apabila tidak sama
sekali melakukan kesalahan atau dosa” tambahnya.
Ucapan yang keluar dari
mulut pelanggan telah memberikan secercah harapan bagi Ria untuk bertaubat. ”Mas
tolong bimbing saya untuk bertaubat” pinta Ria. Akhirnya sang pelanggan membawa
Ria kepada gurunya yaitu Ustadz Massar, seorang ustadz ahli rukyah di Semarang. Setelah dilakukan
rukyah, Ria dibimbing dengan bekal ilmu agama.
Dari penegetahuan yang telah diterima dari sang
guru, Ria mendapatkan kesempatan mengajar di sebuah Madrasah Diniyah, sekaligus
menjadi muballighoh. Sampai akhirnya Ria menjadi Ustadzah yang dihormati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar