“Barang siapa menanam,
pasti dia akan memetik”, ungkapan inilah kiranya yang tepat untuk menggambarkan
nasib yang menimpa Mira ( bukan nama sebenarnya ). Sebagai seorang bidan yang
mengabdikan diri untuk mesyarakat, Mira dituntut bekerja dengan sepenuh hati,
tanpa pandang bulu. Kaya miskin tua maupun muda, secara profesional harus
ditangani. Sampai suatu ketika Mira didatangi seorang ibu muda yang kritis akan
melahirkan.
“Coba ibu tarik nafas
perlahan, tetap tenang” pandu Mira. Setelah melewati masa kritis dan
mempertaruhkan nyawa, akhirnya Ibu muda tersebut bernafas lega, karena dapat
melihat bayinya lahir dalam keadaan sehat. “Alhamdulillah, bayinya laki-laki
bu” sapa Mira. “Kalau boleh tahu, bapaknya mana ya, kok dari pertama tidak
terlihat?” tanyanya. Setelah dijelaskan oleh teman yang mengantarnya, Mira baru
mengetahui bahwa Ibu muda tersebut ternyata siswi SMA korban dari MBA (Married by Accident).
“Mohon maaf bu bidan, terpaksa saya titipkan bayi ini
kepada ibu,saya takut ketahuan orang tua saya karena bisa membuat nama
baiknya tercemar dihadapan rekan-rakan bisnisnya”.pinta Ibu muda dengan berlinang air
mata. “saya mohon bu...”masih dengan air mata yang berurai sambil memegang
tangan Mirna. Karena merasa iba, Mira menyanggupi. “baiklah dek, saya akan
berusaha merawat bayi ini dengan sebaik-baknya, semoga si kecil tumbuh menjadi
anak yang sholeh” jawab Mira.
Sore itu, Mira duduk diruang kerjanya dengan segala
pekerjaan yang menyibukannya. Tiba-tiba datang pasangan suami istri yang bermaksud
mengadopsi bayi tersebut. “ dari mana Anda mengetahui tentang bayi ini? “ tanya
Mira penuh selidik.” Salah satu karyawan ibu yang mmemberitahu kami” jawab tamu
tersebut. Singkat cerita, Akhirnya si kecilpun diadopsi pasangan
tersebut
Sebagai rasa
terima kasihnya, mereka memberikan imbalan/hadiah untuk Mira berupa uang yang cukup besar. Dari sanalah Mira mulai tergoda
untuk menjalani pekerjaan barunya sebagai agen jual beli bayi. “lumayan, dengan
gaji bidan yang tidak seberapa, pekerjaan ini dapat membantu perekonomian”
gumam Mira dalam hati. Dengan menjadi agen penjual bayi dari para orang tua
yang tidak bertanggung jawab, ternyata Mira dapat dengan mudah meraih kekayaan.
*****
Sepintar-pintarnya tupai
melompat, pasti akan terjatuh pula. Pekerjaan illegal Mira ternyata telah
tercium yang berwajib sehingga Mira mendapatkan ganjarannya. Dengan mengiba Mira
meminta maaf kepada keluarga yang selama ini dibohonginya. “Ibu mohon maaf, karena tidak
mengindahkan nasehat kalian”
rintihnya. Bagaikan nasi sudah menjadi bubur, Mira tetap harus merasakan dinginnya
tembok penjara dan jauh dari
keluarga.
Setelah keluar penjara, dengan
penuh penyesalan, dirinya ingin melakukan pertaubatan, akan tetapi bingung dan
tidak mengetahui
harus bagaimana. Sampai akhirnya bersama suami dan juga saudaranya, dia mendatangi rumah ruqyah
milik Ustadz Massar di Semarang. Setelah mendapatkan terapi rukyah dan bimbingan agama,
Mira mulai merasa semangat hidupnya kembali hadir.
Mira sadar bahwa sebagai
pribadi yang baru, dirinya harus membersihkan diri secara lahir maupun batin.
Akhirnya Mira mencoba menjalankan bisnis sesuai dengan ajaran agama dan
membersihkan hartanya dengan mewaqafkan salah satu rumahnya yang dahulu
digunakan sebagai klinik untuk kegiatan sosial kepada Yayasan Kasih Kita
Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar