Senin, 24 September 2012

Kewajian Menjauhi Zina


Ustadz Massar yang terhormat, saya seorang karyawan di Bank Indonesia (BI), sedang suami wiraswasta. Meskipun wiraswasta, suami saya mempunyai bisnis yang banyak dan menyita waktu. Akhirnya karena kesibukan, dia seakan-akan melupakan tanggung jawab batiniyahnya kepada saya. Sebagai seorang istri, terus terang saya butuh belaian dan juga bermanja-manja dengan suami, akan  tetapi semua itu tidak saya dapatkan dari suami, sebaliknya saya dapatkan dari rekan kerja di kantor.
Dari hubungan terlarang itu saya hamil, karena takut ketahuan suami, akhirnya saya gugurkan.  Saat ini saya binggung apa yang harus saya pilih, bercerai dengan suami atau melanjutkan hubungan dengan kekasih saya.
                                                                                                                        Ld ( Nama disamarkan)
Wassalamu’alaikum Wr Wb.




Sebelumnya perlu ibu ketahui terlebih dahulu mengenai hukuman bagi orang yang melaukan zina muhson (zina bagi yang telah menikah) dalam Islam, yaitu hukuman cambuk 100 kali dan rajam. Meskipun para ulama berbeda pendapat akan hal tersebut, yaitu antara rajam dan cambuk, saya kira ibu tetap dapat mengambil pelajaran atas beratnya akibat yang ditanggung atas perbuatan zina.
Dalam hidup ini, manusia senantiasa diuji. Termasuk dalam rumah tangga, komitmen atas kesetiaan terhadap pasangan juga diuji. Tidak adanya saling pengertian, menuruti ego dan kepuasan diri akan merapuhkan pondasi rumah tangga. Meskipun begitu, ibu harus merasa menyesal karena akibat perzinahan akan berlanjut kepada permasalahan lainnya yang lebih berbahaya, sebagai contoh melakukan pengguguran dan kebohongan. Dari penyesalan tersebut diharapkan ibu menjadi terdorong untuk terus melakukan perbaikan.
Selanjutnya, usaha yang dapat ibu lakukan adalah bertaubat dan bermusyawarah dengan suami. Jujurlah tentang keluhan ibu dan permasalahan yang dihadapi, komunikasi dan musyawarah dapat menentukan jalan keluar yang terbaik dari berbagai pilihan. Apabila dapat diperbaiki, maka keutuhan keluarga harus ibu kedepankan daripada perceraian. Lupakanlah fikiran-fikiran negative tentang masa lalu yang lahir dari akibat memburu nafsu, karena hal tersebut akan mendatangkan kemadaratan bagi ibu dan orang-orang yang ibu sayangi.
 Ibu bisa mengawalinya dengan melaksanakan ruqyah diri, yaitu memohon petolongan Allah Swt supaya diri ibu dibersihkan dari aura negative dan sifat-sifat yang merusak diri serta menahan nafsu. Yakinlah bahwa Allah maha Pemurah lagi maha Penyayang, sehingga taubat ibu dapat diterima, karena sesungguhnya tidak ada perbuatan yang tidak diampuni oleh Allah kecuali syirik. Akhirnya, untuk membentengi diri ibu bisa mengamalkan ajaran-ajaran syari’at tentang kebaikan, moralitas khususnya terkait hubungan antara suami istri. Bertobat dan kembali kejalan yang benar adalah solusi terbaik. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar